Waktu pertama kali dengar kata "reksadana", aku langsung mundur pelan-pelan. Bukan karena nggak tertarik, tapi karena langsung kebayang angka-angka, istilah asing, dan risiko kehilangan uang.
Apalagi waktu lihat teman-teman ngomongin portofolio, NAB, atau grafik naik-turun yang bikin kepala cenat-cenut. Rasanya tuh kayak bukan duniaku banget dah.
Tapi di sisi lain, ada rasa penasaran juga. Aku mulai bertanya, "Apa iya investasi cuma buat orang-orang yang ngerti ekonomi? Apa aku nggak bisa mulai pelan-pelan dari yang kecil?"
Dan dari pertanyaan itu, perjalanan investasiku dimulai. Pelan, sambil belajar, dan ternyata, nggak seseram yang kubayangin tuh.
Aku dan Ketakutan yang Wajar
Sebagai orang yang nggak punya background keuangan, aku sempat merasa takut banget buat mulai investasi. Takut rugi, takut salah pilih, dan takut uang malah ilang.
Tapi makin lama aku tunda, makin sadar kalau uangku cuma muter di situ-situ aja. Dan yang lebih parah adalah uangku malah tergerus inflasi.
Akhirnya aku mulai cari tahu apa itu reksadana. Dan di sinilah aku sadar, ternyata reksadana adalah salah satu pilihan investasi yang paling ramah untuk pemula kayak aku.
Reksadana Itu Apa, Sih?
Bayangin kamu lagi ikut arisan. Tapi bukannya kumpulin uang buat beli kulkas, uang arisan itu dikelola sama orang profesional, manajer investasi, buat "bekerja" di tempat-tempat yang berpotensi cuan. Entah itu deposito, obligasi, atau saham.
Itulah reksadana. Uang kita digabungkan dengan dana investor lain, lalu dikelola bareng-bareng. Nantinya bisa untuk liburan bersama keluarga dan lain-lain.
Jenis reksadana juga macam-macam. Kalau kamu masih super pemula dan cari yang paling aman, bisa mulai dari reksadana pasar uang. Mau yang potensi cuannya lebih besar, bisa naik ke pendapatan tetap atau reksadana saham, tentu dengan risiko yang juga lebih tinggi.
Kenapa Aku Pilih Reksadana?
Karena simpel. Aku bisa mulai dari Rp10 ribu. Dan karena aku tahu, aku nggak harus ngerti semua hal di awal. Yang penting mulai aja dulu.
Reksadana juga cocok banget buat yang sibuk. Karena dikelola oleh manajer investasi, aku nggak perlu mantengin pasar tiap hari. Aku cukup rutin top-up dan evaluasi.
Aku pakai aplikasi lokal seperti Makmur.id atau Bibit. Interface-nya mudah dipahami, dan ada fitur buat bantu tahu profil risiko kita. Buatku yang masih meraba-raba dunia investasi, ini sangat membantu.
Gimana Cara Milih Reksadana yang Nggak Bikin Pusing?
Berikut ini cara yang aku pakai (dan masih kugunakan sampai sekarang), antara lain:
1. Kenali Tujuan Investasimu
Pikirkan kenapa kamu ingin mulai investasi. Misalnya,
- Buat dana darurat → cocoknya reksadana pasar uang.
- Buat liburan 2-3 tahun lagi → bisa coba reksadana pendapatan tetap.
- Tujuan jangka panjang seperti pensiun → boleh pertimbangkan reksadana saham.
2. Kenali Profil Risikomu
Banyak lho aplikasi seperti Makmur.id dan Bibit menyediakan kuis profil risiko. Hasilnya bisa bantu kamu untuk tahu, apakah kamu konservatif, moderat, atau agresif.
Dari situ, kamu bisa pilih produk reksadana yang sesuai dengan profil risiko keuanganmu.
3. Lihat Kinerja Produk dan Manajer Investasi
Aku biasanya lihat beberapa hal ini, yaitu:
- Return 1 tahun dan 3 tahun terakhir.
- Siapa manajer investasinya dan gimana rekam jejaknya.
- Berapa biaya pengelolaannya (management fee).
- Ulasan atau rating kalau tersedia (misalnya dari Morningstar).
4. Cek AUM (Asset Under Management)
Ini jumlah total dana yang dikelola produk tersebut. Semakin besar AUM-nya, biasanya menunjukkan produk itu cukup dipercaya investor.
5. Mulai dari Nominal Kecil
Jangan langsung all-in! Aku mulai dari Rp10 ribu, sambil belajar memahami fluktuasinya. Kalau sudah nyaman, baru tambah perlahan.
Sedikit Catatan Pribadi
Aku belajar satu hal penting bahwa investasi itu soal proses, bukan kecepatan. Bukan lomba siapa yang paling cepat kaya, tapi tentang siapa yang bisa konsisten dan tenang jalanin prosesnya.
Aku juga berhenti membandingkan portofolio investasiku dengan orang lain. Karena aku sadar, setiap orang punya starting point dan tujuan masing-masing.
Kamu Bisa, Asal Mau Mulai
Kalau kamu lagi baca ini dan masih galau, aku ngerti banget rasanya. Tapi percayalah, reksadana itu bukan dunia eksklusif buat yang "pintar ekonomi". Kamu bisa mulai dari sekarang, dari yang kecil, sambil belajar pelan-pelan.
Yang penting bukan seberapa besar uang yang kamu investasikan, tapi seberapa besar keinginanmu untuk merdeka secara finansial.
Siap mulai? Aku temani dari sini ya!
0 Komentar
Terima kasih telah mengunjungi halaman Zahrah Munirah. Kami menghargai pendapat teman-teman sejauh nggak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya :)